v
MORFOFONEMIK
Menurut chaer ( 2008 : 43) Morfofonemik
disebut juga morfonologi atau morfofonologi adalah kajian mengenai terjadinya
perubahan bunyi atau perubahan fonem sebagai akibat dari adanya proses
morfologi, baik proses afiksasi, proses reduplikasi, maupun proses komposisi.
Sebagai contoh penambahan sufiks –an pada dasar hari akan mucul [y], yang dalam
otografi tidak dimunculkan.
Hari
+ an => hariyan (pada saat pengucapan kata harian [y] dimuculkan)
Menurut Masnur
Muslich (2010 : 41 )
morfofonemik adalah perubahan fonem akibat proses pembubuhan afiks.
Morfofonemik adalah proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang
merupakan bentuk dasarnya.
Menurut Jos
Daniel Parera ( 2009 : 40) morfofonemik menunjukkan adanya hubungan antara
morfem dan fonem.
Menurut
Kridalaksana (2009 : 183) morfofonemik adalah subsistem yang menghubungkan morfologi dan fonologi.
Jadi
dapat disimpulkan bahwa morfofonemik adalah perubahan bunyi atau fonem yang
melalui proses morfologis dan morfofonemik sendiri masih dapat dihubungkan
dengan fonologi.
v
JENIS PERUBAHAN
Dalam
bahasa Indonesia ada beberapa jenis perubahan fonem berkenaan dengan proses
morfologi ini. Diantaranya adalah proses :
1. Pemunculan fonem, yakni munculnya fonem (bunyi)
dalam proses morfologi yang ada mulanya tidak ada, misalnya dalam proses
pengimbuhan prefiks me- pada dasar baca akan
memunculkan bunti sengau [m] yang semula
tidak ada. Contoh : me + baca =>
membaca.
2. Pelepasan fonem, yakni hilangnya fonem dalam
suatu proses morfologi. Misalnya, dalam proses pengimbuhan prefiks pada dasar renang, maka bunyi [r] yang ada pada
prefiks ber- dilepaskan. Juga, dalam
proses pengimbuhan “akhiran” wan padadasar
renang, maka fonem [h] pada dasar
sejarah itu dilepaskan. Contoh, ber + renang => berenang.
3. Peluluhan fonem, yakni luluhnya sebuah fonem serta
disenyawakan dengan fonem lain dalam suatu proses morfologi. Umpamanya, dalam
pengimbuhan prefiks me- pada
dasar sikat, itu diluluhkan dan disenyawakan atau bisa dikatakan
digantikan dengan fonem nasal /ny/ yang ada pada prefiks me- pada dasar sikat, maka
fonem /s/ diluluhkan dandisenyawakan digantikan dengan nasal /ny/. Contoh :
me + sikat => menyikat.
4. Perubahan fonem, yakni berubahnya sebuah fonem
atau sebuah bunyi, sebagai akibat terjadinya proses morfologi. Umpamanya, dalam
pengimbuhan prefiks ber- pada dasar ajar terjadi perubahan bunyi, dimana
fonem /r/ berubah mejadi /l/. Contoh :
ber = ajar => belajar, ter + ajur => terlanjur.
5. Pergeseran fonem, yaitu berubahnya posisi sebuah
fonem dari satu suku kata ke dalam suku kata yang lainnya. Umpamanya, dalam
pengimbuhan sufiks – i pada dasar lompat,
terjadi pergeseran dimana fonem /t/ yang semula berada pada suku kata pat menjadi berada pada suku kata ti. Contoh : lompat + i =>
me.lom.pati, ja. Wab + an => ja.wa.ban.
v
MORFOFONEMIK
DALAM PEMBENTUKAN KATA BAHASA INDONESIA
Proses morfofonemik pembentukan bahasa
Indonesia dalam prefiks me-, ber-, dan ter- sedangkan untuk prefiks di- hanya
memiliki satu alomorf atau hanya memiliki satu bentuk saja. Artinya prefiks di-
tidak mengalami proses morfofonemik. Berikut morfofonemik dalam pembentukan
bahasa. Dalam proses afiksasi pun terutama , hanya dalam prefikasi “ber-,
prefikasi me-, prefikasi per-, kofiksasi pe-an, konfiksasi per-an, da sufiksasi
–an.
·
Prefikasi ber-
Proses
morfofonemik dalam proses pengimbuhan prefiks ber- berupa pelepasan foenem /r/
pada prefiks ber-, perubahan fonem /r/ pada prefiks ber- itu menjadi fonem /l/
dan pangkalan fonm /r/ terdapat prefiks ber- itu.
1.
Pelepasan
fonm /r/ pada prefiks ber- itu terjadi apabila bentuk dasar yang diimbuhi mulai dengan foenm /r/, atau suku pertama
bentuk dasarnya berbunyi [er]
Contoh : ber + roda => beroda, ber +
ternak => beternak.
2.
Perubahan
fonem /r/ pada prefiks ber- menjadi
fonem /l/ terjadi bila bentuk dasarnya akar ajar. Contoh : ber + ajar =>
belajar
3.
Pengekalan
fonem /r/ pada prefiks ber- tetap /r/
terjadi apabila bentuk dasarnya bukan yang ada pada a dam b diatas. Contoh :
ber + tamu => bertamu.
·
Prefiksasi me- (
termasuk klofiks me- kan )
Proses
morfofonemik dalam proses pengimbuhan r dapat berupa : pengekalan fonem, penambahan
dan peluluhan fonem.
1.
Pengekalan
fonem ( tidak ada yang diselipkan dan tidak ada yang ditambahkan. Hal ini
terjadi apabila bentuk dasarnya diawali dengan konsonan /r, l, w, y, m, n, ng,
dan ny/. Contoh : me + rawat => merawat.
2.
Penambahan
fonem, yakni penambahan nasal /m, n ,
ng, dan nge/. Penambahan fonem nasal /m/ terjadi apabila bentuk dasarnya
dimulai dengan konsonan /b/ dan /f/.
Contoh : me + baca => membaca.
Penambahan fonem /n/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan konsonan
/d/. Contoh : me + daki => mendaki.
3.
Penambahan
fonem nasal /ng/ terjadi apabila bentuki dasarnya dimulai dengan konsonan /g,
h. Kh, a, l, u, e, dan o/. Contoh : me + gila => menggila. Me + bom =>
mengebom.
4.
Peluluhan
fonem terjadi apabila prefiks me- diimbuhkan pada bentuk dasar yang dimulai
dengan konsonan bersuara /s, k, p, dan t/. Dalam hal ini konsonan /s/
diluluhkan dengan nasa /ny/, konsonan /k/ diluluhkan dengan /ng/, konsonan /p/
diluluhkan dengan nasal /m/ dan konsona
/t/ diluluhkan dengan nasal /n/. Me + sapu => menyapu.
·
Prefiks pe- dan konfliksasi pe-an
Proses
pengimbuhan dengan prefikspe- dan konfiks pe-an sama dengan morfonemik yang
terjadi dalam proses pengimbuhan dengan me-, yaitu pengekalan fonem, penambahan
fonem, dan peluluhan fonem.
·
Prefiksasi per-
dan konfiksasi per-an
Berupa
pelepasan fonem /r/ pada prefiks per-, perubahan fonem /r/ dari prefiks per-
itu menjadi /l/ dan pengekalan fonem /r/ tetap /r/.
1.
Pelepasan
fonem /r/ apabila bentuk dasarnya dimuai dengan fonem /r/, atau suku pertamnaya
/er/. Contoh : per + runding => perundingan
2.
Perubahan
fonem /r/ menjadi /l/. Contoh => pelajar
3.
Pengekalan
fonem /r/ terjadi apabila bentuk dasarnya nukan yang disebutkan diatas.
Contoh : per +
cantik => percantik
·
Sufiksasi –an
Dapat
berupa pemunculan fonem dan pergeseran fonem.
1.
Pemunculan
fonem, erdapat tigak fonem yang dimunculkam dalam pengimbuhan ini yaitu fonem
/w/ ,/y/, dan lotal /?/. pemunculan fonem terjadi apabila sufiks-an itu
diimbuhkan pada daar yang berakhir dengan vokal /u/.
Contoh : pantau + an => pantauwan
Fungsi fonem /w/
disebut sebagai pelancar (glider).
-
Pemunculan
fonem /y/ dapat terjadi apabila sufiks – an itu diimbuhkan pada bentuk dasar
yang berakhir dengn vokal /i/. Contoh : hari + an +> hariyan
Bunyi
/y/ itu tidak ditulis dan bunyi /y/ disebut bunyi pelanear.
-
Pemunculan
fonem glotal /?/ dapat terjadi apabila sufiks –an itu diimbuhkan dengan vokal
/a/. Contoh : (ber) dua + an => (ber)
dua?an (fonem glotal /?/ tidak dituliskan, namun dimunculkan saat diucapkan).
2.
Pergeseran
fonem, terjadi apabila sufiks-an itu diimbuhkan pada bentuk dasar yang berakhir
dengan konsonan. Contoh : jawab + an => ja.wa.ban (konsonan tersebut
bergeser membentuk suku kata baru dengan sufiks –an)
·
Prefiksasi ter-
1.
Pelepasan
fonem dapat terjadi apabila prefiks ter- diimbuhkan pada bentuk dasar yang
dimulai dengan konsonan /r/. Contoh : ter + ribut => teribut.
2.
Perubahan
fonem /r/ pada prefiks ter- menjadi fonem /l/ terjadi apanila prefiks ter-
diimbuhkan pada bentuk dasar anjur. Contoh : ter + anjur => terlanjur
3.
Pengekalan
fonenm /r/ pada prefiks ter- tetap menjadi /r/ apabila ter- diimbuhkan pada
bentuk dasar yang bukan disebutkan pada 1 dan 2 diatas. Contoh : ter + jaga
=> terjaga
v BENTUK BERNASAL DAN TAK BERNASAL
Hadir tidaknya nasal tidak selamanya
mengikuti kaidah morfofonemik,berikut ini adalah sub bab yang akan membicarakan
materi tersebut :
1.
Kaitan dengan
tipe verba
Keempat
verba itu adalah verba berprefiks me- ( termasuk verba me- kan dan me- i),
verba me- dengan pangkal per-, per-kan dan per-l verba berprefiks ber- dan dasar
(tanpa afiks apa pun).
Kaidah penasalan untuk verba berprefiks me-
yang bentuk dasarnya berupa pangkal berafiks per-, per-kan dan per- l (dengan
nomina bentuk pe- dan pe-an yang diturunkannya).
1.
Fonem
/p/ sebagai awal dasar yang berupa pangkal per-, per- kan atau per-l tidak diluluhkan
dengan nasal /m/ bila diimbuhi prefiks me- karena fonem /p/ merupakan bagian
dari prefiks pe-. Contoh : me + perpendek => memperpendek.
2.
Nomina pelaku yang diturunkan dari verba memper- bersifat potensial, dan nomina hal/proses
bersifat aktual, dan menggunakan bentuk per-an contoh : memperpendek =>
perpendekan. Nomina pelaku harus berbentuk pemerpendek.
3.
Nomina pelaku dari verba memper-kan atau memper-l adalah
berbentuk pemer- (aktual dan
potensial). Contoh : mempersatukan => pemersatu.
4.
Nomina hal/proses yang diturunkan dari verba memper-kan atau memper-l berbentuk pemer-an.
Contoh : mempertahankan =>
pemertahanan
5.
Pembentukan nomina pelaku berprefiks pe- dan nomina hal yang berkonfiks per-an tidak memunculkan bunyi nasal.
Contoh : bekerja => pekerja => pekerjaan.
Namun
ada sejumlah akar dalam bahasa Indonesia yang diimbuhi prefiks ber- dan juga
prefiks me-, sehingga kita menemukan dua bentuk nomina pelaku yang bernasal
(karena diturunkan melalui verba berprefiks me-) dan nomina pelaku yang tidak
bernasal.
Contoh
: bertinju => petinju => pertinjuan
Belajar
=> pelajar => pelajaran
Bentuk
diatas merupakan pasangan bentuk yang bernasal dan yang tak bernasal.
2.
Kaitan dengan
upaya pembentukan istilah
Dalam
peristilahan olahraga sudah ada istilah petinju (yang diturunkan dari verba
bertinju) sebagai suatu profesi, yang berbeda dengan bentuk peninju (yang
diturunkan dari verba meninju) yang bukan menyatakan profesi. Kemudian
berdasarkan bentuk petinju dibuatlah istilah-istilah dalam bidang olahraga
seperti petembak (bukan penembak), petenis (bukan penenis), peterjun (payung)
(bukan penerjun payung), pegolf (bukan penggolf). Jika dilihat bentuk-bentuk
tersebut sebenarnya menurut kaidah penasalan haruslah bernasal. Namun, sebagai
istilah yang dibuat secara analogi tidak diberi nasal.
3.
Kaitan dengan
upaya semantik
Untuk
memberi makna tertentu, bentuk yang seharusnya tidak bernasal diberi nasal.
Umpamanya, bentuk mengkaji dalam arti ‘meneliti’ dibedakan dengan bentuk
mengkaji yang berarti ‘membaca Alquran’. Contoh yang lain: penjabat à pejabat,
penglepasan à pelepasan.
Sementara
itu, tanpa perbedaan semantik, pasangan kata dengan peluluhan fonem awal bentuk
dasar dan dengan yang tanpa pelluluhan lazim digunakan orang secara bersaingan.
Contoh:
mensukseskan à menyukseskan, mengkombinasikan à mengombinasikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar